Suatu pelajaran dalam hidup yang berharga dapat dipetik dari cerita berikut ini.
Suatu saat Sri Sultan pagi-pagi pulang dari Kaliurang dengan mengendarai mobil Jeep nya sendiri.
Sampai di sekitar Pakem, Sleman beliau di stop oleh perempuan tua, seorang bakul beras.
Sri Sultan pun segera memberhentikan mobilnya, seraya menyapa dengan ramah: “Ada apa Mbok…?”
“Tolong Mas…, angkatkan beras ini saya mau ke Jogja”, ujar Mbok Bakul Beras sok bersahabat.
Dengan senyum-senyum Sri Sultan turun dari mobilnya, dan mengangkat beras itu ke dalam mobilnya sendirian.
Tanpa dipersilahkan masuk Si Mbok itu pun segera membuka pintu dan duduk di samping sopir, sebagaimana kebiasaan dia setiap hari dengan sopir-sopir yang lain.
Cerita kesana kemarin, sambil makan sirih Si Mbok disambut dengan ramah oleh Sri Sultan sepanjang perjalanan.
Tanpa terasa sampailah kendaraan yang disopiri oleh seorang “Raja” ini di depan Pasar Beringharjo, Jogjakarta.
Si Mbok pun bergegas menyuruh Sri Sultan menurunkan beras itu, dan dengan tetap menunjukkan sikap yang sopan Sri Sultan pun menurunkan beras itu dengan baik.
Kini tiba gilirannya Si Mbok mencari uangnya yang dibundel di selendang atau ujung setagennya.
Ketika Si Mbok mengulurkan uang ongkir transportnya, sang sopir istimewa tadi menolak dengan halus, “Terima kasih Mbok, tidak usah” dan mobil pun segera meluncur.
Apa yang terjadi dengan Si Mbok?
Ia justru malah ngomel-ngomel:
“Sopir ini bagaimana tow? Lah wong dikasih ongkos kok ndak mau langsung bablas pergi, kalau kurang mbok yaow ngomong, apa saya dikira ndak punya uang tow?!!!”
Ketika sedang sibuk ngomel, datanglah seorang Polisi yang sedang berjaga di pos, menghampiri Si Mbok, seraya bertanya:
“Mbak ada apa…? Kok sepertinya mbok e marah-marah…? Mbok ketemu beliau di mana?”
Si Mbok tidak menjawab keseluruhan pertanyaan Pak Polisi, tapi rada kuatir juga, dia menyatakan bahwa ia ngasih ongkos kok ditolak,
“Itu tadi lho Pak…, Si Pak Sopir tadi kok malah nylonong saja…, Saya itu mau bayar, tapi entah kurang bayarannya kok terus pergi begitu saja, saya kan malu…, sama orang-orang yang jualan di sini…”
Jawab Pak Polisi: “Mbok…, tadi yang Si Mbok tumpangi itu bukan sopir…, tapi Sinuwun Sri Sultan Hamengkubuwono…, lihat tadi mobilnya kan AB 1”
Spontan Mbok terperanjat, bagaikan disambar geledek.
Kekagetan yang luar biasa yang tak pernah dialami sepanjang hidupnya, kemudian ia berteriak: “Aduuuh Gustiiiii…”
Selanjutnya badannya gontai, lunglai dan terjatuh pingsan.
Dia merasakan RAJA-nya yang selama ini:
– sangat dihormati…
– sangat dicintai…
– senantiasa diagung-agungkan…
– kenapa disuruh ngangkat beras…
– tambahan…, kenapa beliau mau saja…
– kenapa beliau tidak marah…
– kenapa beliau tidak membentak…
Ini yang menjadikan pengalaman berharga Mbok Bakul Beras