Festival Perahu Naga

Perayaan Festival Perahu Naga ini berkaitan erat dengan Perayaan Festival Bakcang yang dirayakan tepat setiap tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan lunar. Tradisi ini dihiasi dengan perlombaan mendayung perahu yang berbentuk naga yang sudah ada sejak Zaman Negara-negara Berperang. Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di Tiongkok Daratan, Hong Kong, Taiwan maupun di Amerika Serikat. Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh peserta-peserta dari manca negara, kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.

Hari ini, banyak fitur dari pertandingan kuno yang tetap dipertahankan, mulai dari bentuk perahu yang panjang dan ramping, haluan berlukiskan kepala naga, hingga tabuhan suara genderang yang memicu semangat dalam menselaraskan aski heroik pendayungnya mengatur kecepatan mendayung. Aksi energik, riwayat tragis, dan kerja sama yang mendebarkan, berbaur menjadi tontonan menarik yang pantang dilewatkan.

Link terkait:
Sejarah Festival Peh Cung (Bakcang)
Tradisi masyarakat keturunan Tionghua dalam menyambung Festival Bakcang

Sejarah Festival Peh Cung (Bakcang)

Festival Peh Cun atau yang lebih dikenal dengan Festival Kue Bakcang selalu dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan lunar. Pada tahun ini tepat di hari Senin tanggal 18 Juni 2018. Masyarakat Tionghoa biasanya merayakan dengan membuat kue Bakcang, yaitu kue berbahan beras ketan yang berisi beraneka daging cincang lezat dan dibungkus dengan daun bambu / daun pandan.

Penetapan hari perayaan ini tidak lepas dari perayaan Peh Cun yang berkaitan erat dengan cerita legenda seorang pejabat pada Negeri Chu di Zaman Negara-negara Berperang yang bernama Qu Yuan.

Menurut riwayatnya merupakan seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya, banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu serta berhasil mempersatukan enam negeri ke dalam Negeri Chu untuk menyerang Negeri Qin. Oleh karena itu orang-orang Negeri Qin kemudian menyerang balik dengan menyebar fitnah, sehingga ia dikritik oleh keluarga raja yang tidak senang padanya dan berakhir pada pengusirannya dari ibukota negara Chu.

Fitnah membuat Qu Yuan harus terusir dari negerinya sendiri. Dalam keterasingannya, Qu Yuan mendengar kabar ibukota Negeri Chu hancur diserang Negeri Qin. Mendengar kabar itu, dalam amarahnya, Qu Yuan membacakan sajak berjudul “Li Sao” atau “Jatuh dalam Kesukaran” di depan banyak orang. Orang-orang tertegun mendengar sajak Qu Yuan yang mencurahkan perasaan cinta terhadap tanah air dan rakyatnya.

Selesai membacakan sajak, Qu Yuan dengan menggunakan perahu pergi ke Sungai Miluo. Dia menjauh dari keramaian orang lalu menceburkan diri ke dalam arus sungai yang mengalir deras. Beberapa orang yang sempat melihatnya berusaha menolong dan mencari, tapi usaha tersebut gagal.

Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian untuk menghindari makanan tersebut dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang kita kenal sebagai Bakcang sekarang. Para nelayan yang mencari-cari jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari perlombaan perahu naga setiap tahunnya.

Bakcang sendiri memiliki makna filosofis yang mendalam, ke-empat sudutnya punya makna tersendiri, sudut pertama bermakna Zhi zu (Berpuas diri) dengan apa yang dimiliki dan tidak boleh serakah, sudut kedua bermakna Gan En (Bersyukur) dengan berkah dan tidak boleh iri, sudut ketiga bermakna Shan Jie (Pengertian) menilai seseorang dari sisi baik, dan sudut terakhir bermakna Bao Rong (Merangkul) dengan mengembangkan cinta kasih kepada sesama.

Semoga teladan dan rasa cinta Qu Yuan dapat menginspirasi kita dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Link terkait:
Festival Perahu Naga
Tradisi masyarakat keturunan Tionghua dalam menyambung Festival Bakcang

Inovatif salah satu kunci kesuksesan

Walt Disney suatu hari pernah berkata, “Disneyland tidak akan pernah selesai dikerjakan. Disneyland akan terus berkembang selama di dunia ini masih terdapat imajinasi”.

Setiap orang harus menggunakan pendekatan ini terhadap pekerjaan mereka, bukan? Pekerjaan dan Perusahaan tempat kita bekerja tidak akan pernah sama selamanya. Pasti harus bergerak dan berubah, menyesuaikan dengan kondisi baru dan berlanjut untuk menjadi inovatif.

Ray Kroc, pendiri McDonald juga pernah berkata, “Saya tidak tahu apa yang akan orang makan 30 tahun ke depan, tapi saya tahu bahwa mereka akan memakannya di McDonald”. Memang mereka masih menjual Burger, tapi sekarang menjualnya bersama dengan menu yang lebih sehat.

Lihatlah sekarang, bagaimana Disneyland memperbaharui permainannya dan McDonald memperbaharui daftar menunya.

Walt Disney dan Ray Kroc adalah orang yang jenius, visioner dan juga sederhana. Perlakukan pekerjaan kita sama seperti pandangan Disneyland dan memperbaharuinya seperti McDonald.

Kemenangan itu identik dengan perjuangan

Kemenangan bukanlah hanya ketika kita berhasil mengalahkan lawan di suatu pertandingan. Dan bukan hanya ketika kita berhasil mencapai prestasi terbaik. Bahkan, bukan hanya ketika kita berhasil mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup ini.

Kemenangan adalah bagaimana kita bisa melawan hawa nafsu dunia yang terus menggoda kita. Demikian juga kemenangan adalah saat di mana kita dapat melawan suatu kegagalan. Saat di mana kita dapat mengatasi musibah. Saat di mana kita dapat bangkit dari suatu keadaan yang menyedihkan. Dan, saat di mana kita merasa sangat terpuruk namun kita mampu berjuang menghancurkan semua cobaan itu.

Kemenangan adalah saat dimana kita dapat menjadikan itu semua sebagai pertanda betapa sayangnya Sang Maha Pencipta kepada kita. Saat dimana kita menyadari betapa kita dapat belajar banyak dari semua kegagalan yang kita alami.

Dan, kemenangan adalah saat di mana kita melangkah begitu mantap dan yakin bahwa kita begitu hebat untuk sekedar melawan suatu kegagalan kecil. Saat dimana kita dapat mengalahkan diri kita sendiri.

Kadangkala karena kegagalanlah yang membuat kita sadar di mana kita berada.

Hanya orang spesial yang mau meraih kemenangan, sebab meski pun kemenangan itu indah, namun kemenangan itu identik dengan perjuangan.
Artinya, untuk meraihnya kita harus berjuang. Tidak mungkin bisa kita capai tanpa perjuangan.
Bahkan, bisa jadi perjuangannya begitu melelahkan dan begitu panjang.
Jalan berliku, terjal, dan batu sandungan ada di mana-mana.
Memang tidak mudah, hanya orang-orang tertentu yang pantas mendapatkannya.

Jika semua ini bisa kita lakukan maka selayaklah kemenangan itu patut kita rayakan.

Suatu niat yang baik pasti akan berakhir dengan baik

Alkisah ada seorang dermawan yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan. Dia telah menyiapkan sejumlah uang yang akan dia berikan kepada beberapa orang yang ditemuinya.

Pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seseorang maka langsung saja dia menyerahkan uang yang dimilikinya kepada orang tersebut. Keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang penjahat beringas. Mendengar kabar ini si dermawan hanya mengatakan “Ya Tuhan, aku telah memberikan uang kepada seorang penjahat.”

Di lain waktu, dia kembali bertemu dengan seseorang, si dermawan pada hari itu juga telah berniat untuk melakukan kebaikan. Dia dengan segera memberikan sejumlah uang kepada orang tersebut. Keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan uang kepada seorang koruptor. Mendapat kabar ini si dermawan hanya berkata, “Ya Tuhan, aku telah memberikan uang kepada koruptor.”

Si dermawan ini tidak berputus asa, ketika dia bertemu dengan seseorang dengan segera dia menyerahkan sejumlah uang yang memang telah disiapkannya. Maka keesokan harinya pun tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang kaya raya. Mendengar hal ini si dermawan hanya berkata, “Ya Tuhan, aku telah memberikan uang kepada penjahat, koruptor dan seorang yang kaya raya.”

Sekilas kita bisa menyimpulkan bahwa si dermawan ini adalah seorang yang “ceroboh”. Asal saja dia memberikan uang yang dimilikinya kepada orang yang tidak dikenalnya, padahal jika dia lebih teliti maka niat baik nya itu bisa lebih berguna tersalurkan kepada orang yang memang membutuhkan.

Tapi ternyata suatu niat yang baik pasti akan berakhir dengan baik, pun begitu pula dengan “kecerobohan” si dermawan.

Uang yang diberikannya kepada sang penjahat ternyata mampu menyadarkannya bahwa di dunia ini masih ada orang baik, orang yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Penjahat ini bertobat dan menggunakan uang pemberian sang dermawan sebagai modal usaha.

Sementara sang koruptor, uang cuma-cuma yang diterimanya ternyata menyentuh hati nuraninya yang selama ini telah tertutupi oleh keserakahan, dia menyadari bahwa hidup ini bukanlah tentang berapa banyak yang bisa kita dapatkan. Dia bertekad mengubah dirinya menjadi orang yang baik, pejabat yang jujur dan amanah.

Sementara itu pemberian yang diterima oleh si kaya raya telah menelanjangi dirinya, karena selama ini dia adalah seorang yang kikir, tak pernah terbesit dalam dirinya untuk berbagi dengan orang lain, baginya segala sesuatu haruslah ada timbal baliknya. Dirinya merasa malu kepada si dermawan yang dengan kesederhananya ternyata masih bisa berbagi dengan orang lain.

Sahabat, tak akan ada yang berakhir dengan sia-sia terhadap suatu kebaikan. Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan. Hidup ini bukanlah soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan, tapi berapa banyak yang bisa kita berikan.