Cinta sepasang insan renta yang romantis dan menginspirasi

Sang Nenek berkata, “Tidak usah panggil dokter. Aku ingin tidur tenang sambil menggenggam tanganmu.”

Sang Kakek kemudian bercerita tentang masa lalu indah mereka, saat mereka pertama kali bertemu, ciuman pertama mereka.

Mereka tidak menangis, mereka tersenyum bahagia. Mereka tidak menyesali apa pun, mereka bersyukur untuk semua yang telah mereka lalui bersama.

Kemudian, sang Nenek dengan lembut berkata, “Saya mencintaimu sepenuh hati dan selamanya.”

Sang Kakek menjawab istrinya dengan memberi kecupan lembut di keningnya. Sang istri menutup mata dan tertidur dalam damai, tangannya masih erat dalam genggaman suaminya.

Cinta adalah segalanya, karena setiap insan datang ke dunia tidak membawa apa pun kecuali cinta, dan meninggalkan dunia tidak membawa apa pun kecuali cinta.

Mari kita renungkan. Karir, profesi, rekening bank, harta benda hanyalah alat. Semua akan kita tinggalkan di dunia ini. Jadi cintailah. Cintailah mereka yang benar-benar mencintaimu. Cintailah, seolah-olah tidak ada yang lebih penting dalam hidup Anda.

Betapa indahnya melihat dua jiwa yang saling mengasihi hingga akhir hanya. Tidak ada kesedihan atau penyesalan, hanya rasa syukur, kebahagiaan dan cinta.

Demikianlah adanya…
Demikianlah kenyataannya…

CINTA SEJATI

Orangtua saya telah menikah selama 55 tahun. Satu ketika dipagi hari, seperti biasa Ibu turun tangga untuk membuatkan sarapan untuk Bapak, tiba-tiba Ibu terkena serangan jantung dan terjatuh.
Bapak dengan cepat menghampiri, mengangkat Ibu dan memasukkan dalam mobil untuk bergegas ke rumah sakit.
Bapak membawa mobil dengan laju yang cepat agar segera tiba di rumah sakit.

Ketika sampai di rumah sakit, sayangnya Ibu sudah tiada.
Selama pemakaman, Bapak tidak berbicara sepatah kata pun. Tatapan mata Bapak kosong dan tidak mampu untuk meneteskan air mata.

Pada malam itu, anak-anaknya menemani Bapak.
Di dalam suasana sedih dan berusaha untuk mengenang masa nostalgia, Bapak bertanya kepada Kakak laki-laki saya yang seorang teolog, untuk memberi tahu Bapak di mana sekarang Ibu berada?

Bapak mendengar dengan seksama, dan tiba-tiba meminta kami untuk membawanya ke makam.
“Bapak! ini jam 11 malam, kita tidak bisa pergi ke makam”, kami menjawab.

Dia meninggikan suaranya dan dengan tatapan sayu dia berkata “Jangan berdebat dengan saya, tolong jangan berdebat dengan pria yang baru saja kehilangan istrinya selama 55 tahun.”

Suasana hening sejenak, kami tidak berdebat lagi. Kami pergi ke makam. Dengan senter kami mencapai makam Ibu.

Bapak duduk, berdoa dan memberitahu anak-anaknya “Ini sudah 55 tahun… Kamu tahu? Tidak ada seorang pun yang benar-benar dapat berbicara tentang cinta sejati jika belum pernah menjalani hidup bersama seseorang.”

Dia berhenti sejenak dan menyeka wajahnya.

“Dia (Ibu) dan saya (Bapak), kami bersama dalam suka dan duka.”, dia melanjutkan.
“Ketika saya berganti pekerjaan, kami berkemas, menjual rumah dan pindah. Kami berbagi kegembiraan melihat anak-anak kami menjadi orangtua, bersama-sama kami berduka atas kepergian orang-orang tercinta. Kami berdoa bersama di ruang tunggu beberapa rumah sakit, kami mendukung satu sama lain dalam kesakitan, kami berpelukan setiap hari, dan kami memaafkan kesalahan.”

Kemudian dia berhenti sejenak dan menambahkan, “Anak-anak, semuanya sudah berlalu dan Aku bahagia malam ini. Tahukah kalian kenapa Aku bahagia? Karena dia pergi sebelum Aku. Dia tidak harus melalui penderitaan dan rasa sakit karena menguburku, ditinggal sendirian setelah kepergianku. Akulah yang akan melaluinya, dan Aku bersyukur kepada Tuhan untuk itu. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak ingin dia menderita…”

Ketika Bapak selesai berbicara, kami meneteskan air mata. Kami memeluknya dan Bapak menghibur kami, “Tidak apa-apa. Kita bisa pulang. Ini hari yang baik.”

Malam itu saya mengerti apa itu CINTA SEJATI. Ini lebih dari sekedar romantisme dan seks, ini adalah dua orang yang berdiri berdampingan, yang berKOMITMEN satu dengan yang lainnya… Melalui semua hal baik dan buruk terjadi dalam hidup secara bersamaan dengan damai di hati.

JAMU JATI KENDI

Suatu ketika saat sedang jalan pagi di Alun-alun Simpang Enam Demak, saya melihat sepasang lansia yang sedang senam ringan, wajahnya tak mengguratkan ketuaan, selalu dihiasi senyuman.

Saat mereka selesai senam saya mendekat dan saya terkejut, ketika mengetahui bahwa yang perempuan 75 tahun, sedangkan pasangannya 79 tahun. Saya iseng-iseng bertanya apa resepnya kok tampak bugar dan awet muda.

“Ah, tidak ada resep khusus kok Nak. Jalani hidup ini mengalir apa adanya dan rajin minum JAMU JATI KENDI“, si Bapak menjawab sambil tersenyum.

JAMU = JAga MUlut
Mulut dijaga agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, juga tidak makan sembarang makanan dan jangan terlalu kenyang.

JATI = JAga haTI
Isilah hati dengan pikiran yang positif dan selalu bersyukur atas apa yang sudah dimiliki.

KENDI = KENdalikan DIri
Hiduplah secara normal, istirahat yang cukup, jangan lupa olahraga yang sesuai dengan usia dan kendalikan emosi.

JAMU JATI KENDI ini gratis, oleh sebab itu mari kita minum JAMU JATI KENDI setiap hari.

Kalung emas si gadis kecil

Suatu malam, seorang gadis kecil melihat ibunya tersenyum-senyum memandangi sebuah kalung emas.

Si gadis kecil menghampiri untuk melihat kalung itu dan bertanya, “Bu, mengapa ada namaku terukir di liontin ini? Apakah kalung ini untuk aku?”

Sang ibu menjawab, “Ini memang untukmu. Ibu telah membelinya sejak kamu bayi dan akan Ibu berikan pada hari pernikahanmu.”

“Tetapi itu kan masih lama sekali. Sekarang saja, Bu”, pinta si anak.

“Tidak, Nak. Saat ini kamu belum membutuhkannya. Tunggu saja, kalung ini pasti jadi milikmu.”

Saat ini, barangkali ada hal yang kita nantikan tetapi belum juga Tuhan berikan. Mungkin pergumulan tentang pasangan hidup, pekerjaan, pertobatan keluarga kita atau hal lainnya.

Sesungguhnya itu, selama dalam penantian sesungguhnya Tuhan sedang membentuk dan mempersiapkan kita. Yang terpenting, jangan sampai karena kita begitu menginginkan sesuatu, lalu kita mengambil jalan pintas yang mendukakan hati Tuhan. Doakan kerinduan kita dengan kesabaran dan keyakinan hingga sesuatu terjadi pada waktunya.

Wahyu 2:10
Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.

Belajar menemukan keindahan dan kebahagiaan hidup

Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Dia tampak sangat sedih, karena tanpa jari-jari yang lengkap, maka dia tak bisa lagi berjalan dengan lancar.

Hal ini terjadi saat dia melaju terlalu kencang ketika melintasi hutan. Karena terburu-buru, dia melupakan ada satu jari-jari yang jatuh dan terlepas. Kini sang roda pun bingung. Kemana dia hendak mencari satu bagian tubuhnya itu?

Dia pun berbalik arah dan kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah dia tinggalkan.

Perlahan, dia menapaki jalan-jalan itu. Satu demi satu diperhatikannya dengan seksama. Setiap benda diamati dan dicermati, serta berharap akan menemukan jari-jari yang hilang itu.

Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalanan. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam.

Hei….semuanya tampak lain. Ya, sewaktu sang roda melintasi jalan itu dengan laju yang kencang, semua hal tadi cuma berbentuk titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak istimewa.

Namun kini, semuanya tampak lebih indah. Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi hanya berupa batang-batang yang kaku.

Mereka tampak tersenyum, melambai tenang, bergoyang dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu, bergesek dengan lembut di sisi sang roda.

Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya. Bunga-bunga pun tampak lebih indah. Harum dan semerbaknya, lebih terasa menyegarkan.

Kuntum-kuntum yang baru terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda.

Sang roda tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam hormat. Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya.

Kini, semut dan serangga kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap-sayap itu bergetar, seakan ada ribuan genderang yang di tabuh.

Mereka saling menyapa. Dan, serangga itu pun memberikan salam, dan doa pada sang Roda. Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di lihat dari mata yang tergesa-gesa.

Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu yang kerap mampir di tubuh sang Roda.

Semua batu dan pualam, membuka jalan, memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah lama berjalan, akhirnya, ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda pun senang. Dan ia berjanji, tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang dalam melakukan tugasnya.

Sahabatku, begitulah hidup…

Kita, seringkali berlaku seperti roda-roda yang berjalan terlalu kencang. Kita sering melupakan, ada saat-saat indah, yang terlewat di setiap kesempatan.

Ada banyak hal-hal kecil, yang sebetulnya menyenangkan, namun kita lewatkan karena terburu-buru dan tergesa-gesa.

Hati kita, kadang terlalu penuh dengan target-target, yang membuat kita hidup dalam kebimbangan dan ketergesaan.

Langkah-langkah kita, kadang selalu dalam keadaan panik, dan lupa, bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu ditekuni.

Seperti saat roda yang terlupa pada rumput, ilalang, semut dan pualam, kita pun sebenarnya sedang terlupa pada hal-hal itu.

Coba, susuri kembali jalan-jalan kita. Cermati, amati dan perhatikan setiap hal yang pernah kita lewati. Runut kembali perjalanan kita.

Adakah kebahagiaan yang terlupakan?

Adakah keindahan yang tersembunyi dan terlewatkan untuk kita nikmati?

Kenanglah ingatan-ingatan lalu. Susuri dengan perlahan. Mari temukan keindahan itu…

Semoga Tuhan memberkati…