Pengorbanan seorang suami (bapak)

Apakah pernah melihat seorang istri marah-marah kepada suami karena sang suami tak bisa memenuhi keinginan sang istri?
Apakah pernah melihat juga seorang anak bicara kasar pada ayahnya karena sang ayah tidak bisa membelikan apa yang sang anak inginkan?

Tak seorang pun kepala keluarga yang tidak ingin melihat keluarganya bahagia.
Sebelum engkau marah kepadanya, lihatlah dan renungkan lah apa yang telah dilakukan oleh seorang suami.
Betapa suamimu sudah kerja keras banting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

Tahukah dirimu kalau suamimu mungkin sering dicaci maki bosnya?
Tahukan dirimu kalau suamimu mungkin sering mendapat hinaan di luar sana?
Tahukah dirimu kalau suamimu mungkin sering menahan lapar demi bisa pulang membawa uang?
Tahukan dirimu kalau suamimu baru saja mempertaruhkan nyawanya demi dirimu dan anak-anakmu?

Sebelum engkau cemberut padanya…
Hitunglah dulu telah berapa juta tetes keringat yang keluar dari tubuhnya…
Sebelum engkau marah padanya…
Tataplah lekat-lekat matanya, mungkin tanpa kamu sadari mata itu telah banyak mengeluarkan air mata demi melihat dirimu tersenyu…

Ketahuilah…
Apabila sampai hari ini dia belum bisa memenuhi segala keinginanmu, itu hanya karena faktor keadaan.

Untuk para ayah disana, semoga lelahmu menjadi berkah. Amin…

Ketukan palu ajaib

Sebuah mesin kapal rusak dan tidak ada yang bisa memperbaikinya, maka mereka membawanya kepada seorang Insinyur Mekanik berpengalaman 40 tahun.

Dia memeriksa mesin dengan sangat hati-hati, dari atas ke bawah. Setelah melihat semuanya, pria itu merogoh tasnya dan mengeluarkan palu kecil.

Dia dengan lembut mengetuk sesuatu. Seketika, mesin hidup kembali. Mesinnya sudah diperbaiki!

7 hari kemudian pemilik mendapatkan tagihannya sebesar $ 10.000.

“Apa?!” kata pemiliknya. “Anda hampir tidak melakukan apa-apa. Kirimkan tagihan terperinci kepada kami.”

Jawabannya sederhana:
Mengetuk dengan palu: $ 2
Mengetahui di mana harus mengetuk & berapa banyak harus mengetuk: $ 9.998

Begitu pentingnya menghargai keahlian dan pengalaman seseorang…
Bahasa “gitu doang”, “cuma gitu”, “kan gampang” harusnya menjadi hal tabu.
Mengapa?
Karena mungkin saja pengalaman tersebut hasil kristalisasi tekad, perjuangan, percobaan hingga air mata.

If I do a job in 30 minutes it’s because I spent 10 years learning how to do that in 30 minutes.
You owe me for the years, not the minutes.

Jika saya sanggup menyelesaikan pekerjaan dengan waktu 30 menit, hal ini karena saya menghabiskan waktu 10 tahun untuk belajar bagaimana melakukan tersebut dalam 30 menit.
Anda membayar saya untuk 10 tahun tersebut, bukan 30 menit tersebut.

Kalimat ini, mengingatkan saya pada nasehat seseorang tentang menghargai dan bijak menghormati hasil suatu kerjaan orang lain.

Disitu juga saya belajar melihat orang…
Ketika mereka tidak menghargai orang lain, justru dia sedang merendahkan diri mereka sendiri.

Keahlian dan pengalaman, mahal harganya.

Menerima luka

Saat musim dingin tiba, sekelompok hewan mulai pergi dan mencari tempat yang hangat. Jika hewan-hewan itu memutuskan untuk tetap tinggal di tempatnya selama musim dingin, maka mereka akan mati jika tidak bisa melindungi diri selama musim dingin.

Demikian juga dengan sekelompok landak. Saat musim dingin tiba, landak-landak itu mulai mengembangkan duri-durinya. Mereka merasa sangat kedinginan sampai akhirnya memutuskan untuk saling berdekatan. Ketika berdekatan, rasa hangat itu mulai dapat dirasakan, namun duri-duri yang mereka miliki saling melukai satu sama lain.

Karena tidak ingin terluka dan saling melukai, landak-landak itu saling menjauh. Namun, hawa dingin mengancam kehidupannya. Mereka harus memilih antara terluka atau mati. Mereka berusaha untuk bisa saling menerima luka-luka itu dan menciptakan kehangatan selama mungkin sampai musim semi tiba.

Sebagai manusia, tentu kita tidak ingin terluka. Kita ingin hidup tanpa masalah. Namun perlu kita sadari bahwa kita tidak bisa hidup seorang diri. Kita masih membutuhkan orang lain untuk kelangsungan hidup kita. Saat berinteraksi dengan orang lain atau pada saat kita menjalin hubungan dengan orang lain, tentulah ada gesekan-gesekan yang membuat kita terluka.

Saudaraku, dari gesekan itulah kita bisa belajar bagaimana cara mengasihi dan mengampuni. Untuk bisa mempertahankan sebuah kebersamaan, kita pun juga harus bisa bertahan dalam menghadapi luka-luka itu kerena kasih dapat mengubah segala sesuatu.

GRUP juga adalah KELUARGA

Seorang pria, yang biasanya secara teratur rajin menghadiri pertemuan keluarga tiba-tiba tanpa pemberitahuan apapun mendadak berhenti berpartisipasi pada kelompok tersebut.

Setelah beberapa minggu berlalu, pada suatu malam yang sangat dingin, ketua dari kelompok keluarga tersebut memutuskan untuk mengunjunginya.

Dia menemukan pria itu di rumah sendirian, duduk di depan perapian api yang menyala.

Pria tersebut menyambut sang ketua. Beberapa saat berlalu, hanya ada keheningan diantara mereka.

Kedua pria itu hanya duduk diam menyaksikan nyala api menari-nari di sekitar batang kayu yang bergerak di perapian.

Setelah beberapa menit sang ketua, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, berdiri lalu memeriksa bongkah-bongkah kayu yang terbakar diperdiangan dan memilih salah satu yang paling menyala dan bersinar diantara bongkahan kayu lainnya, kemudian dengan penjepit dia memindahkannya ke samping perapian. Lalu dia duduk kembali.

Tuan rumah hanya duduk diam sambil memperhatikan semuanya dengan tertarik.

Tak lama kemudian, nyala api dari kayu yang disisihkan itu meredup dan lambat laun padam.

Dalam waktu singkat apa yang sebelumnya begitu terang dan panas berubah menjadi sepotong kayu mati, hitam tidak menarik.Sejak kedatangan sang ketua, tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua, hanya beberapa patah kata yang terucap.

Sebelum bersiap untuk pamit dan pergi, sang ketua dengan penjepit tadi mengambil potongan kayu yang mati itu dan meletakkannya kembali di tengah kobaran api.

Dengan segera potongan kayu tersebut disambar oleh jilatan api yang panas, dan tak lama kemudian menyala lagi, terkena nyala api & panas bara api di sekitarnya.

Ketika sang ketua mencapai pintu untuk pergi, tuan rumah berkata: “Terima kasih atas kunjungan Anda dan pelajaran yang Anda berikan. Saya akan segera kembali datang ke pertemuan keluarga kita.”

Mengapa grup itu begitu penting? Sangat sederhana:

Karena setiap anggota yang menarik diri dari grup / kelompoknya akan mengurangi api semangat & kehangatan dari dirinya sendiri dan dari anggota lainnya.
Perlu diingatkan kepada anggota grup bahwa mereka adalah bagian dari nyala api itu, serta baik juga untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita semua bertanggung jawab untuk menjaga api tetap menyala, serta kita harus mendukung persatuan di antara grup kita sehingga apinya benar-benar kuat, efektif dan tahan lama.

GRUP juga adalah KELUARGA
Tidak masalah jika terkadang kita merasa terganggu oleh begitu banyak pesan-pesan, chat-chat, stiker-stiker dan gambar-gambar.
Yang penting adalah kita tetap terhubung. Kita berada dalam grup untuk bertemu, bersilaturahmi, belajar, bertukar ide, bergurau yang menambah imun tubuh atau sekadar untuk mengetahui bahwa kita tidak sendiri.

Hidup itu terasa lebih indah bila dilalui bersama teman & keluarga.

Mari kita jaga terus nyala api ini.

EMAS atau TANAH?

Emas berkata pada Tanah,
“Coba lihat dirimu, suram dan lemah. Jelek dan dekil.
Apa engkau memiliki kilauan seperti aku?
Apa engkau berharga seperti aku?”

Tanah menjawab,
“Aku memang tidak berkilau seperti dirimu, tapi aku,
*bisa menumbuhkan buah dan bunga,
*bisa menumbuhkan rumput dan pohon,
*bisa menumbuhkan tanaman lainnya.
Apa kamu bisa?”

Emas pun terdiam seribu bahasa.

Dalam hidup ini banyak orang seperti emas, berharga dan menyilaukan, tetapi tidak bermanfaat bagi sesama.

Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, sukar membantu apalagi peduli.

Tapi ada juga yang posisi seperti tanah, biasa saja, bersahaja namun siap membantu kapan saja.

Makna kehidupan bukan terletak dari seberapa bernilai nya diri kita, tetapi seberapa bermanfaat nya diri kita bagi orang lain.

Apalah guna nya kita sukses, kalau tidak bermanfaat bagi sesama.

Apalah arti kemakmuran, kalau tidak berbagi ke sesama.

Apalah arti kepintaran, kalau tidak memberi inspirasi bagi sekeliling kita.

Karna hidup adalah proses, ada saat nya kita memberi ada saatnya kita menerima.

Hidup lah seperti tanah.

Sehat, Bahagia, Damai, Makmur, Panjang Umur untuk Anda semua.

Hidup ini memang pilihan, silakan memilih dengan BIJAK.