EMAS atau TANAH?

Emas berkata pada Tanah,
“Coba lihat dirimu, suram dan lemah. Jelek dan dekil.
Apa engkau memiliki kilauan seperti aku?
Apa engkau berharga seperti aku?”

Tanah menjawab,
“Aku memang tidak berkilau seperti dirimu, tapi aku,
*bisa menumbuhkan buah dan bunga,
*bisa menumbuhkan rumput dan pohon,
*bisa menumbuhkan tanaman lainnya.
Apa kamu bisa?”

Emas pun terdiam seribu bahasa.

Dalam hidup ini banyak orang seperti emas, berharga dan menyilaukan, tetapi tidak bermanfaat bagi sesama.

Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, sukar membantu apalagi peduli.

Tapi ada juga yang posisi seperti tanah, biasa saja, bersahaja namun siap membantu kapan saja.

Makna kehidupan bukan terletak dari seberapa bernilai nya diri kita, tetapi seberapa bermanfaat nya diri kita bagi orang lain.

Apalah guna nya kita sukses, kalau tidak bermanfaat bagi sesama.

Apalah arti kemakmuran, kalau tidak berbagi ke sesama.

Apalah arti kepintaran, kalau tidak memberi inspirasi bagi sekeliling kita.

Karna hidup adalah proses, ada saat nya kita memberi ada saatnya kita menerima.

Hidup lah seperti tanah.

Sehat, Bahagia, Damai, Makmur, Panjang Umur untuk Anda semua.

Hidup ini memang pilihan, silakan memilih dengan BIJAK.

Pecatur terbaik di dunia

Alkisah ada seorang jendral yang menyukai permainan catur. Dia sangat mahir dan permainannya sangat taktis, sehingga belum ada pecatur lain yang mampu mengalahkannya.

Suatu hari, saat Sang Jendral dalam perjalanan dinasnya, Ia melihat sebuah gubuk yang pada dinding luarnya tergantung papan bertuliskan “Pecatur Terbaik Dunia”. Tentu saja hal ini membuat Sang Jendral penasaran. Ia segera menghampiri tempat tersebut demi menantang kakek pemilik gubuk bermain catur. Hasilnya ??? Sang Jendral dapat memenangkan seluruh tiga set yang mereka mainkan dalam waktu yang cukup singkat.

Setelah itu, Sang Jendral dengan penuh kepercayaan diri mengatakan, “Anda harus segera mencopot papan ini”. Lalu Ia segera melanjutkan perjalanannya dengan suka hati.

Setelah menyelesaikan tugasnya, dalam perjalanan pulang, Sang Jendral melewati gubuk itu lagi dan Ia melihat bahwa papan “Pecatur Terbaik Dunia” belum juga dilepas.

Dengan penasaran, masuklah dia dan kembali Ia menantang kakek pemilik gubuk itu untuk bermain catur lagi. Namun kali ini hasilnya sangat mengejutkan. Ia kalah telak tiga set berturut-turut dalam waktu yang sangat singkat.

Jendral sangat terkejut, dan bertanya mengapa bisa terjadi demikian???

Kakek pemilih gubuk menjawab bijak, “Pada waktu yang lalu, saya tahu Jendral sedang dalam perjalanan untuk melaksanakan tugas negara, maka saya tidak mau mengalahkan Jendral, untuk menjaga semangat juang Anda. Namun sekarang Jendral telah kembali dan sukses melaksanakan tugas. Tentu saja saya melayani tantangan Jendral sesuai dengan kemampuan saya yang sebenarnya. Saya tidak akan mengalah lagi.”

Hikmah cerita:

Pemenang Sejati, mampu menang, tapi belum tentu harus menang dan harus mampu mengalah dengan bijaksana.

Bisa menang, namun tahu tidak harus menang, menunjukkan kepribadian yang mulia.

Ingat, orang yang pintar belum tentu bijaksana, tetapi orang bijaksana pasti pintar!

Orang pintar cenderung mengutamakan untung rugi. Orang bijaksana, biasanya lebih ikhlas berkorban dan mau berbagi.

Tugasku bukanlah untuk menang di atas sesamaku, tapi untuk menjadi pribadi jujur yang mengasihi sesamaku.

Semoga semua makhluk berbahagia…

Kisah belalang yang terkurung dalam sebuah kotak

Alkisah ada seekor belalang yang telah lama terkurung dalam sebuah kotak.
Ia hidup dalam kotak dan melompat-lompat setinggi kotak tersebut.

Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan perasaan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya.
Ia senang sekali sehingga melompat setinggi-tingginya.

Di perjalanan ia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun ia keheranan kenapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan perasaan penasaran ia menghampiri belalang itu dan bertanya, “Mengapa kamu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh?”

Belalang itupun menjawabnya, “Dimanakah kamu selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”.

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Pesan moral:

Kadang-kadang kita sebagai manusia tanpa sadar pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, perkataan tetangga atau bahkan pola pikir kita sendiri yang seolah membuat kita terkurung dalam kotak semu yang membatasi kelebihan kita.

Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang orang lain katakan kepada kita tanpa pernah berpikir benarkan anda separah itu? Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih memilih untuk mempercayai mereka daripada mempercayai diri kita sendiri.

Tidakkah anda pernah mempertanyakan kepada hati nurani bahwa anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau anda mau menyingkirkan “kotak” itu?

Tidakkah anda ingin membebaskan diri agar anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini anda anggap diluar batas kemampuan anda?

Beruntung sebagai manusia kita dibekali Tuhan kemampuan untuk berjuang agar tidak mudah menyerah begitu saja pada apa yang kita alami.

Karena itu, jangan mau dibatasi oleh “kotak” dan teruslah berusaha mencapai apapun yang anda ingin capai.

Hal-hal yang bisa kita pelajari dari Ban untuk hidup kita

Seorang anak memperhatikan ayahnya yang sedang mengganti ban mobil mereka.
Dia terheran-heran mengapa ayahnya mau repot-repot mengerjakan ini dan tidak memanggil orang bengkel saja untuk mengerjakannya.

Sang ayah tersenyum. “Sini nak, ada kesenangan tersendiri ketika kita mengganti ban, karena mengingatkan kita tentang filosofi ban yang bisa kita pelajari untuk hidup kita” kata ayah.

“Belajar dari ban?” tanya sang anak heran.

Saya ayah tertawa, Perhatikan ban ini dengan segala sifat-sifatnya.

Pertama, ban selalu konsisten bentuknya, Bundar.
Apakah dia dipasang di sepeda roda tiga, motor balap ataupun roda pesawat terbang. Dia tidak pernah berubah menjadi segi tiga atau segi empat.

Kedua, ban selalu mengalami kejadian terberat.
Ketika melewati jalan berlubang, aspal panas, kotoran hewan dan juga banjir maka dia dulu yang merasakan secara langsung.

Ketiga, ban selalu menanggung beban terberat baik ketika mobil sedang berjalan maupun berhenti, ketika mobil sedang kosong maupun saat penuh penumpang dan barang.

Yang keempat, ban tidak pernah sombong dan berat hati menolak permintaan pihak lain. Dia selalu senang bekerjasama.
Ketika pedal rem memerintahkannya berhenti, dia berhenti. Ketika pedal gas menyuruhnya lebih cepat, dia pun taat dan melesat.

Bayangkan kalau ban tidak suka kerjasama dan bekerja sebaliknya?
Saat direm malah ngebut dan saat digas malah berhenti?

“Wow, benar juga!” puji sang anak.

Sifat kelima ban adalah meski banyak hal penting yang dilakukannya, dia tetap rendah hati dan tidak mau menonjolkan diri.

Misalnya ketika di show room atau pemeran mobil, pengunjung lebih mengagumi bentuk body mobil itu, lalu ketika mereka masuk ke dalam, yang menerima pujian berikutnya adalah interior mobil itu. Sofanya empuk, AC-nya dingin, dashboardnya keren, dll.
Jarang sekali ada orang yang memperhatikan ban apalagi sampai memuji ban.

Padahal semua kehebatan mobil tidak akan berarti apa-apa kalau bannya kempes atau bocor.

Sang ayah selesai mengganti bannya, dan berdiri menatap hasil kerjanya dengan puas.

Yang keenam tentang filosofi ban adalah, betapa pun bagus dan hebatnya mobil yang kau miliki, atau sepeda yang kau punya, atau pesawat yang kita naiki, saat ban tidak berfungsi maka kita tidak akan bisa kemana-mana. Kita tidak akan pernah sampai ke tujuan.

Sang ayah menuntaskan penjelasannya, “Jadi kelak, meski kau menghadapi banyak masalah dibandingkan kawan-kawanmu, tidak mendapat pujian sebanyak kawan-kawanmu, bahkan terus menanggung beban berat di atas pundakmu, tetaplah kamu konsisten dengan kebaikan yang kau berikan, tetaplah mau bekerjasama dengan orang lain, jangan sombong dan merasa hebat sendiri, dan yang terpenting, tetaplah menjadi penggerak di manapun kau berada.”

Itulah yang ayah maksud dengan hal-hal yang bisa kita pelajari dari ban untuk hidup kita.

Semoga Tuhan tetap memberkati dan membimbing kita selalu.

Tradisi membuang orang tua

Pada dahulu kala di Jepang pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya.

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun.

Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.

Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah”

Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah.

Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.

“Orang tua” bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau dalam keadaan susah, hanya “orang tua” yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah. “Orang tua” kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua. Namun Bapak dan Ibu kita akan tetap mengasihi kita.

Mari kita merenungkan, apa yang telah kita berikan untuk orang tua kita, nilai berapapun itu pasti dan pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah ibu kita.

Pengusaha baja / Pemilik PT. Artha Mas Graha Andalan.
Ketika ditanya rahasia suksesnya menjadi Pengusaha, jawabnya singkat:
“Jadikan orang tuamu Raja, maka rezeki mu seperti Raja”.

Pengusaha yang kini tinggal di Cikarang ini pun bercerita bahwa orang hebat dan sukses yang ia kenal semuanya memperlakukan orang tuanya seperti Raja.

Mereka menghormati, memuliakan, melayani dan memprioritaskan orang tuanya.
Lelaki asal Banyuwangi ini bertutur, “Jangan perlakukan Orang tua seperti Pembantu”.

Atau orang tua diminta merawat anak kita sementara kita sibuk bekerja.

Bila ini yang terjadi maka rezeki orang itu adalah rezeki pembantu, karena ia memperlakukan orang tuanya seperti pembantu.

Walau suami / istri bekerja, rezekinya tetap kurang bahkan nombok setiap bulannya.

Menurut sebuah lembaga survey yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang, anak-anak yang sukses adalah: mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti seorang Kaisar.

Dan anak-anak yang sengsara hidupnya adalah mereka yang sibuk dengan urusan dirinya sendiri dan kurang perduli pada orang tuanya.

Mari terus berusaha keras agar kita bisa memperlakukan orang tua seperti Raja. Buktikan dan jangan hanya ada di angan-angan.

Beruntunglah bagi yang masih memiliki orang tua, masih BELUM TERLAMBAT untuk berbakti.

Uang bisa dicari, ilmu bisa di gali, tapi kesempatan untuk mengasihi orang tua kita takkan terulang kembali.

Semoga Tuhan memberkati kita semua.