Pengorbanan seorang suami (bapak)

Apakah pernah melihat seorang istri marah-marah kepada suami karena sang suami tak bisa memenuhi keinginan sang istri?
Apakah pernah melihat juga seorang anak bicara kasar pada ayahnya karena sang ayah tidak bisa membelikan apa yang sang anak inginkan?

Tak seorang pun kepala keluarga yang tidak ingin melihat keluarganya bahagia.
Sebelum engkau marah kepadanya, lihatlah dan renungkan lah apa yang telah dilakukan oleh seorang suami.
Betapa suamimu sudah kerja keras banting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

Tahukah dirimu kalau suamimu mungkin sering dicaci maki bosnya?
Tahukan dirimu kalau suamimu mungkin sering mendapat hinaan di luar sana?
Tahukah dirimu kalau suamimu mungkin sering menahan lapar demi bisa pulang membawa uang?
Tahukan dirimu kalau suamimu baru saja mempertaruhkan nyawanya demi dirimu dan anak-anakmu?

Sebelum engkau cemberut padanya…
Hitunglah dulu telah berapa juta tetes keringat yang keluar dari tubuhnya…
Sebelum engkau marah padanya…
Tataplah lekat-lekat matanya, mungkin tanpa kamu sadari mata itu telah banyak mengeluarkan air mata demi melihat dirimu tersenyu…

Ketahuilah…
Apabila sampai hari ini dia belum bisa memenuhi segala keinginanmu, itu hanya karena faktor keadaan.

Untuk para ayah disana, semoga lelahmu menjadi berkah. Amin…

Cinta sepasang insan renta yang romantis dan menginspirasi

Sang Nenek berkata, “Tidak usah panggil dokter. Aku ingin tidur tenang sambil menggenggam tanganmu.”

Sang Kakek kemudian bercerita tentang masa lalu indah mereka, saat mereka pertama kali bertemu, ciuman pertama mereka.

Mereka tidak menangis, mereka tersenyum bahagia. Mereka tidak menyesali apa pun, mereka bersyukur untuk semua yang telah mereka lalui bersama.

Kemudian, sang Nenek dengan lembut berkata, “Saya mencintaimu sepenuh hati dan selamanya.”

Sang Kakek menjawab istrinya dengan memberi kecupan lembut di keningnya. Sang istri menutup mata dan tertidur dalam damai, tangannya masih erat dalam genggaman suaminya.

Cinta adalah segalanya, karena setiap insan datang ke dunia tidak membawa apa pun kecuali cinta, dan meninggalkan dunia tidak membawa apa pun kecuali cinta.

Mari kita renungkan. Karir, profesi, rekening bank, harta benda hanyalah alat. Semua akan kita tinggalkan di dunia ini. Jadi cintailah. Cintailah mereka yang benar-benar mencintaimu. Cintailah, seolah-olah tidak ada yang lebih penting dalam hidup Anda.

Betapa indahnya melihat dua jiwa yang saling mengasihi hingga akhir hanya. Tidak ada kesedihan atau penyesalan, hanya rasa syukur, kebahagiaan dan cinta.

Demikianlah adanya…
Demikianlah kenyataannya…

CINTA SEJATI

Orangtua saya telah menikah selama 55 tahun. Satu ketika dipagi hari, seperti biasa Ibu turun tangga untuk membuatkan sarapan untuk Bapak, tiba-tiba Ibu terkena serangan jantung dan terjatuh.
Bapak dengan cepat menghampiri, mengangkat Ibu dan memasukkan dalam mobil untuk bergegas ke rumah sakit.
Bapak membawa mobil dengan laju yang cepat agar segera tiba di rumah sakit.

Ketika sampai di rumah sakit, sayangnya Ibu sudah tiada.
Selama pemakaman, Bapak tidak berbicara sepatah kata pun. Tatapan mata Bapak kosong dan tidak mampu untuk meneteskan air mata.

Pada malam itu, anak-anaknya menemani Bapak.
Di dalam suasana sedih dan berusaha untuk mengenang masa nostalgia, Bapak bertanya kepada Kakak laki-laki saya yang seorang teolog, untuk memberi tahu Bapak di mana sekarang Ibu berada?

Bapak mendengar dengan seksama, dan tiba-tiba meminta kami untuk membawanya ke makam.
“Bapak! ini jam 11 malam, kita tidak bisa pergi ke makam”, kami menjawab.

Dia meninggikan suaranya dan dengan tatapan sayu dia berkata “Jangan berdebat dengan saya, tolong jangan berdebat dengan pria yang baru saja kehilangan istrinya selama 55 tahun.”

Suasana hening sejenak, kami tidak berdebat lagi. Kami pergi ke makam. Dengan senter kami mencapai makam Ibu.

Bapak duduk, berdoa dan memberitahu anak-anaknya “Ini sudah 55 tahun… Kamu tahu? Tidak ada seorang pun yang benar-benar dapat berbicara tentang cinta sejati jika belum pernah menjalani hidup bersama seseorang.”

Dia berhenti sejenak dan menyeka wajahnya.

“Dia (Ibu) dan saya (Bapak), kami bersama dalam suka dan duka.”, dia melanjutkan.
“Ketika saya berganti pekerjaan, kami berkemas, menjual rumah dan pindah. Kami berbagi kegembiraan melihat anak-anak kami menjadi orangtua, bersama-sama kami berduka atas kepergian orang-orang tercinta. Kami berdoa bersama di ruang tunggu beberapa rumah sakit, kami mendukung satu sama lain dalam kesakitan, kami berpelukan setiap hari, dan kami memaafkan kesalahan.”

Kemudian dia berhenti sejenak dan menambahkan, “Anak-anak, semuanya sudah berlalu dan Aku bahagia malam ini. Tahukah kalian kenapa Aku bahagia? Karena dia pergi sebelum Aku. Dia tidak harus melalui penderitaan dan rasa sakit karena menguburku, ditinggal sendirian setelah kepergianku. Akulah yang akan melaluinya, dan Aku bersyukur kepada Tuhan untuk itu. Aku sangat mencintainya sehingga aku tidak ingin dia menderita…”

Ketika Bapak selesai berbicara, kami meneteskan air mata. Kami memeluknya dan Bapak menghibur kami, “Tidak apa-apa. Kita bisa pulang. Ini hari yang baik.”

Malam itu saya mengerti apa itu CINTA SEJATI. Ini lebih dari sekedar romantisme dan seks, ini adalah dua orang yang berdiri berdampingan, yang berKOMITMEN satu dengan yang lainnya… Melalui semua hal baik dan buruk terjadi dalam hidup secara bersamaan dengan damai di hati.

Racun cinta

Ada sebuah kota di Perancis dimana, selamat abad pertengahan, para wanitanya memiliki kebiasaan aneh.

Di pagi hari, para wanita yang sudah menikah akan memasukkan sedikit racun ke dalam sarapan yang mereka siapkan untuk suami mereka.

Kemudian, ketika suami mereka kembali ke rumah pada malam hari, suami tadi akan diberikan penawarnya. Dengan cara ini, racun tidak akan menjadi berbahaya dan mempengaruhi suami mereka.

Ada alasan kuat untuk praktik ini. Jika suami tinggal di tempat lain terlalu lama, atau terlambat pulang karena suatu alasan, maka pemberian penawarnya akan tertunda, para suami tadi pada akhirnya akan mengalami gejala seperti mual, sakit kepala, depresi, muntah, nyeri atau sesak napas.

Semakin lama sang suami menunda untuk kembali ke rumah istrinya, maka akan semakin sakit dia. Dan akhirnya, ketika dia kembali ke rumah, tanpa dia sadari istrinya akan memberikan penawar racunnya. Dengan cara ini, dalam beberapa menit, sang suami akan dengan cepat mulai merasa membaik.

Hal ini akan memberi pria suatu kesan yang kuat bahwa jauh dari rumah akan menyebabkan rasa sakit, mual, depresi, dan hanya istrinya yang dapat mengobati dia. Para suami kemudian akan menjadi lebih terikat pada rumah dan setia pada istri mereka.

Apakah itu racun cinta? Hahaha

Mengapa kita berteriak saat marah?

Konon Bunda Teresa memandikan akan gelandangan di tepi sungai Gangga.
Ia melihat ada keluarga yang sedang bertengkar, saling berteriak.

Ia berpaling ke murid-muridnya dan bertanya:
“Kenapa orang suka saling berteriak kalau sedang marah?”
Tanya Bunda Teresa.

Salah satu menjawab:
“Karena kehilangan sabar, kita berteriak.”

“Tetapi, kenapa harus berteriak pada orang yang ada di sebelahmu?
Kan, pesannya bisa juga sampai dengan cara halus?” tanya

Murid-murid saling adu jawaban namun tidak ada satu yang mereka sepakati.

Akhirnya sang bunda bertutur:
Bila 2 orang bermarahan, hati mereka sangat menjauh.
Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar terdengar.
Semakin marah, semakin keras teriakan karena jarak ke 2 hati pun semakin jauh…

“Apa yang terjadi saat 2 insan jatuh cinta?” lanjutnya.
Mereka tidak berteriak pada 1 sama lain.
Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan.
Jarak antara ke 2 hati tidak ada atau sangat dekat…

Setelah merenung sejenak, Ia meneruskan.
Bila mereka semakin lagi saling mencintai, apa yang terjadi?
Mereka tidak lagi bicara.
Hanya berbisikan dan saling mendekat dalam kasih-sayang.
Akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisikan.
Mereka cukup saling memandang.
Itu saja. Sedekat itulah 2 insan yang saling mengasihi.

Bunda Teresa memandangi murid-muridnya dan mengingatkan dengan lembut:
Jika terjadi pertengkaran, jangan biarkan hati menjauh.
Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh.
Karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak lagi bisa di tempuh…