Tuhan itu maha adil berdasarkan cerita buah semangka dan buah beringin

Suatu hari di siang yang sangat terik, tampak seorang petani duduk di bawah pohon beringin yang rindang dan berbuah lebat sambil mengamati kebun semangkanya yang hampir dipanen. Sambil melamun ia berpikir, “Betapa bodohnya dan tidak adilnya Tuhan itu. Mengapa Ia meletakkan buah yang besar seperti semangka pada batang yang kecil dan lemah sehingga merambat di tanah dan menggantungkan buah beringin yang kecil pada pohon yang besar?”. Kemudian ia berkata, “Ah… seandainya aku menjadi Tuhan, aku akan membuat lebih baik dari pada semua itu!”.

Meskipun matahari bersinar terik, angin berhembus sepoi-sepoi sehingga petani itu mengantuk. Tiba-tiba, ia dikagetkan oleh sebutir buah beringin yang jatuh di kepalanya. Ia langsung berteriak, “Tuhan adil. Dia Maha Adil! Ia bijaksana!”.

Ia pulang ke rumah sambil berkata dalam hatinya. “Coba bayangkan, jika yang jatuh menimpa kepalaku tadi buah semangka! Jadi apa kepalaku ini?” kata petani itu dengan nada menyesal karena sudah menyalahkan Tuhan.

Pesan bijaksana:
Tidak ada kuasa yang dapat menandingi kuasa Tuhan. Kita dapat mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan menjadi orang yang sangat pintar. Akan tetapi, kita tidak boleh lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakan langit, bumi dan segala isinya.

Sepasang sepatu baru dari Tuhan

Pada suatu malam yang dingin di bulan Desember, seorang anak kecil bernama Johny, kira-kira berumur 10 tahun, berdiri di depan sebuah toko sepatu dengan telanjang kaki.

Dia mengintip ke jendela toko sambil menggigil kedinginan. Tiba-tiba seorang wanita mendekati Johny, “Anak kecil, apa yg sedang kamu perhatikan di jendela itu?”

“Aku sedang meminta kepada Tuhan supaya memberiku sepasang sepatu baru.”

Kemudian wanita itu memegang tangan Johny dan membawanya masuk ke dalam toko. Ia meminta pegawai toko untuk membawakan setengah lusin pasang kaus kaki untuk Johny. Setelah itu, ia bertanya kepada pegawai toko apakah bisa memberikan sebaskom air hangat dan handuk untuknya.

Pegawai toko segera memberikan apa yang diminta oleh wanita itu. Wanita itu kemudian membawa Johny ke bagian belakang toko, melepaskan sarung tangannya, berlutut, membasuh kaki Johny yang kecil itu dan mengeringkannya dengan handuk.

Sesaat kemudian pegawai toko datang dengan membawa beberapa kaos kaki. Wanita itu memakaikannya pada kaki Johny, ia juga membelikan Johny sepasang sepatu.

Dia mengikat sisa kaus kaki yang lain dan memberikannya kepada Johny. Ia menepuk kepala Johny dan berkata, “Tak usah khawatir, kamu akan merasa lebih nyaman sekarang.”

Pada saat wanita itu hendak pergi, si Johny kecil yang masih terheran-heran itu menarik tangannya dan memperhatikan wajahnya.

Dengan berderai air mata karena terharu, Johny berkata, “Apakah Anda keluarga Tuhan?”

Wanita itu sungguh terharu. Matanya berkaca-kaca sampai tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Kita semua adalah ciptaan Tuhan. Apakah setiap pikiran, ucapan dan tindakan kita bisa menuntun orang lain untuk bisa melihat dan merasakan bahwa ada Tuhan dalam hidup kita?

Mungkin Tuhan ingin memakai kita untuk menjawab doa seseorang. Maka kendalikanlah hidup kita.